Subscribe

RSS Feed (xml)

Powered By

Skin Design:
Free Blogger Skins

Powered by Blogger

Senin, 26 Juli 2010

Kebun Buah Mangunan Dlingo (Bantul)

"Spot-Spot area Kebun Buah Mangunan dlingo bantul antara lain : Kolam Renang Anak, Kolam Ikan, Repling Area, Area Kapling Buah-buahan, Rest Area, Peternakan Sapi, Kambing, Circle Track, Trail Track, Out Bond"
Kebun buah Mangunan mulai dirintis sejak beberapa tahun yang lalu oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, dengan memanfaatkan lahan kering perbukitan yang kurang produktif di wilayah Desa Mangunan Kecamatan Dlingo. Kawasan tersebut berada sekitar 20 Km arah selatan kota Yogyakarta pada ketinggian sekitar 250 mdpl dan hawanya sangat sejuk.

Secara lansekap, kawasan tersebut sangat menarik dan unik. Dari tempat ini kita dapat melihat pemadangan alam pegunungan yang indah di sekitarnya, dan ditengah kawasan tersebut terdapat cekungan mata air, serta disekitarnya merupakan perbukitan dengan beragam kemiringan lereng, yang saat ini telah penuh dengan berbagai macam tanaman buah-buahan yang sudah berbuah. Jenis buahan yang ada di kebun buah Mangunan, antara lain: Mangga, durian, rambutan, jeruk, jambu air, belimbing, dan lain-lain. Sungguh tempat ini sangat cocok bagi yang ingin berwisata keluarga, pertemuan (meeting), pelatihan, wisata pendidikan lingkungan, outbond, dan lain-lain.

Dalam perkembangannya kini Kebun buah Mangunan kian menawan, dengan ditingkatkannya berbagai fasilitas untuk memberikan kenyamanan kepada pengunjung, antara lain kolam renang, jalan setapak, ruang pertemuan, penginapan, gazebo, lokasi parkir, kantin dan berbagai fasilitas yang lain. Infrastruktur jalan untuk menuju lokasi kebun buah juga sudah sangat bagus sehingga pngunjungpun bisa langsung sampai ke lokasi kebun buah.

Bagi yang ingin berkunjung untuk mengunjungi tempat ini cukup mudah, apabila dari arah kota Yogyakarta, langsung menuju Jalan Imogiri Timur, setelah sampai di Kecamatan Imogiri kemudian mengambil jalur Imogiri Dlingo, maka sekitar Km 5 akan menjumpai Balai Desa Mangunan, dan disitu ada petunjuk arah ke lokasi Kebun Buah. Sungguh kebun buah ini bisa menjadi wisata andalan di Kabupaten Bantul. Selamat berkunjung ke Kebun Buah Mangunan.

Apabila membutuhkan keterangan lebih lanjut bisa menghubungi Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bantul, Jl. Raya Bantul Km 7,5 Pendowoharjo, Sewon, Bantul (0274) 6466291.

Sumber:
http://margi-rekaos.blogspot.com/2009/09/dlingo-kebun-buah-mangunan.html
10 September 2009

Rumah Batu Kreatifitas Potensi Lokal Dlingo (Bantul)

“BATU PUTIH” Anda Pernah Mendengar itu, nah dalam bahasa umum biasa di sebut “BATU BRANGKAL KAPUR” jenis batu ini banyak di jumpai di pegunungan berkarakter karst. Biasanya batu ini berada dalam satu lempengan besar, ada yang tertimbun tanah dan ada yang menonjol ke permukaan tanah. Zona kawasan batu putih ini akan banyak anda jumpai, terutama jika anda berkunjung ke Kecamatan Dlingo bantul atau akan lebih banyak lagi jika anda berkunjung keKabupaten Gunungkidul yogyakarta.

Di Kecamatan Dlingo bebatuan jenis ini berada di kawasan timur diantaranya di Desa JatiMulyo, Desa Temuwuh dan Desa Dlingo. Hal ini dikarenakan karakter wilayah ini hampir mirip dengan wilayah Kabupaten Gunungkidul, menginggat ketiga wilayah ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Gunungkidul. Kerajinan Batu putih di Kecamatan Dlingo sampai saat ini masih sekedar sebagai usaha yang dikesampingkan dan lebih banyak diproduksi untuk kepentingan rumah tangga. hasil dari produksi kerajinan batu putih ini bisa berupa “Keren Pawon” atau Tungku untuk memasak, Tegel batu atau lantai batu giring dan sebagai pengganti bata merah untuk bangunan rumah.

Untuk lebih mengoptimalkan hasil produksi batu putih di kawasan Dlingo sebenarnya tidak memerlukan banyak biaya. namun tentu saja kerjasama berbagai pihak diperlukan guna mendukung pemberdayaan potensi lokal yang ada. Hal ini pada kemudian hari akan menjadi penting karena potensi batu putih yang masih mungkin digarap dan diolah tidak sekedar sebagai penunjang kebutuhan rumah tangga namun juga berorientasi ekonomis.

Nilai ekonomis ini baru akan muncul ketika penyadaran pemanfaatan potensi lokal yang ada berkembang, nah pertanyaannya adalah…Siapa yang akan memulai untuk membawa masyarakat mengenali potensi lokal yang ada sehingga berhasil guna dan berdaya guna ekonomis untuk kesejahteraan masyarakat itu..? apakah kita sebagai masyarakat biasa atau pemerintah sebagai pihak yang berkepentingan terhadap kesejahteraan warganya…?

Sumber :
http://margi-rekaos.blogspot.com, dalam :
http://ekonomi.kompasiana.com/group/wirausaha/2010/06/30/rumah-batu-kreatifitas-potensi-lokal-dlingo/
30 Juni 2010

Kabupaten Bantul


Kabupaten Bantul, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Bantul. Kabupaten ini berbatasan dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di utara, Kabupaten Gunung Kidul di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Kabupaten Kulon Progo di barat. Obyek wisata Pantai Parangtritis terdapat di wilayah kabupaten ini.

Kabupaten Bantul terdiri atas 17 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan di Kecamatan Bantul, sekitar 11 km sebelah selatan Kota Yogyakarta. Kampus Institut Seni Indonesia, dan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta terletak di kabupaten ini. Beberapa perguruan tinggi lain juga melakukan pembangunan kampusnya di wilayah Kabupaten Bantul, antara lain Institut Sains & Teknologi Akprind Yogyakarta.

Bagian selatan kabupaten ini berupa pegunungan kapur, yakni ujung barat dari Pegunungan Sewu. Sungai besar yang mengalir di antaranya Kali Progo (membatasi kabupaten ini dengan Kabupaten Kulon Progo, Kali Opak, Kali Tapus, beserta anak-anak sungainya.

Pada 27 Mei 2006, gempa bumi besar berkekuatan 5,9 skala Richter mengakibatkan kerusakan yang besar terhadap daerah ini dan kematian sedikitnya 3.000 penduduk Bantul.


Kecamatan


1. Bambanglipuro
2. Banguntapan
3. Bantul
4. Dlingo
5. Imogiri
6. Jetis
7. Kasihan
8. Kretek
9. Pajangan
10. Pandak
11. Piyungan
12. Pleret
13. Pundong
14. Sanden
15. Sedayu
16. Sewon
17. Srandakan


Sumber :

http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bantul



Pantai Parangtritis Bantul


Di pesisir selatan Yogyakarta, terdapat sekitar 13 obyek pantai yang memiliki pesona wisata, ternyata Pantai Parangtritis yang selalu menempati peringkat teratas dalam angka kunjungan wisata, dibanding pantai-pantai lainnya. Pantai yang Berlokasi sekitar 27 Km dari kota Yogyakarta ini, dapat dicapai melalui desa Kretek atau rute yang lebih panjang, tetapi pemandangannya lebih indah yaitu melalui Imogiri dan desa Siluk.

Pantai yang termasuk wilayah Bantul ini merupakan pantai yang landai, dengan bukit berbatu, pesisir dan berpasir putih serta pemandangan bukit kapur di sebelah utara pantai. Di kawasan ini wisatawan dapat berkeliling pantai menggunakan bendi dan kuda yang disewakan dan dikemudikan oleh penduduk setempat. Selain terkenal sebagai tempat rekreasi, parangtritis juga merupakan tempat keramat. Banyak pengunjung yang datang untuk bermeditasi. Pantai ini merupakan salah satu tempat untuk melakukan upacara Labuhan dari Kraton Yogyakarta.

Pada musim kemarau, angin bertiup kencang seperti tak mau kalah dengan deburan ombak yang rata-rata setinggi 2-3 meter. Sering terdengar kabar ada pengunjung pantai selatan hilang terseret gelombang. Anehnya, jenazah pengunjung yang nahas itu, menghilang bagaikan ditelan bumi. Tim SAR rata-rata baru bisa menemukan jenazahnya 2-3 hari kemudian setelah melakukan penyisiran. Biasanya, lokasi penemuan mayat tidak pada area di mana pengunjung tersebut tertelan ombak. Mayat ditemukan ratusan meter, bahkan kadang beberapa kilometer dari lokasi semula.

Di kalangan masyarakat setempat, kejadian misterius semacam itu, semakin menguatkan mitos bahwa penguasa laut yang lazim disebut Nyi Roro Kidul (Ratu Pantai Selatan), suka "melenyapkan" orang yang tidak mengindahkan kaidah alam. Dari sisi ilmiah, kejadian semacam itu makin menguatkan teori bahwa palung laut selatan Jawa memang sarat arus bawah yang terus bergerak. Benda apa saja yang terseret ombak dari bibir pantai, terseret ke bawah dan terdampar pada lokasi berbeda.

Kepercayaan masyarakat setempat tentang legenda Nyi Roro Kidul juga dengan sendirinya melahirkan pesona tersendiri. Hampir setiap malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon, para pengunjung maupun nelayan setempat melakukan upacara ritual di pantai tersebut. Acara ritual diwarnai pelarungan sesajen dan kembang warna-warni ke laut. Puncak acara ritual biasanya terjadi pada malam 1 Suro, dan dua-tiga hari setelah hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Intinya, nelayan meminta keselamatan dan kemurahan rezeki dari penguasa bumi dan langit.


Sumber :

http://www.wisatanesia.com/2010/05/pantai-parangtritis-bantul.html


Potensi Ekonomi Bantul

Kabupaten Bantul terletak di bagian selatan Propinsi DIY. Kabupaten ini memiliki garis pantai, yaitu berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Perekonomian Kabupaten Bantul diwarnai tiga sektor secara berimbang, yaitu pertanian, industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Sumbangan ketiga sektor itu terhadap PDRB jika diakumulasi mencapai 63,36 persen.

Pada sisi tanaman bahan makanan, komoditi andalan Kabupaten Bantul adalah padi, ubi kayu, dan jagung. Namun demikian, hasilnya cenderung untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Padi banyak di tanaman di Kecamatan Sewon, Bantul, dan Jetis. Ubi kayu banyak ditanam Kecamatan Dlingo, Piyungan, dan Imogiri. Sedangkan jagung banyak ditanam di Kecamatan Dlingo, Pajangan, dan Piyungan.

Komoditi pertanian daerah ini yang dapat diandalkan di tingkat propinsi adalah bawang merah dan cabe. Kabupaten Bantul merupakan produksi terbesar bawang merah dan cabe di Propinsi DI Yogyakarta. Konsentrasi produksi kedua komoditi sayur-sayuran ini terdapat di Kecamatan Kretek dan Sanden. Karena itu, kedua kecamatan tersebut cocok dijadikan klaster sayur-sayuran khususnya bawang merah dan cabe.

Untuk buah-buahan, komoditi andalannya adalah pisang, mangga, nangka, dan rambutan. Produksi pisang sebesar 140 ribu kwintal, mangga 43 ribu kwintal, nangka 15 ribu kwintal, dan rambutan 15 ribu kwintal. Tanaman buah-buahan banyak ditanam di Kecamatan Piyungan, Imogiri, Banguntapan, dan Pandak. Di keempat kecamatan tersebut cocok dikembangkan klaster buah-buahan.

Selain sayuran, Kabupaten Bantul merupakan daerah andalan dalam produksi perkebunan kelapa dan tebu rakyat, serta peternakan Sapi. Produksi kelapa daerah ini berada diperingkat kedua setelah Kulonprogo. Sedangkan produksi tebu rakyat merupakan yang terbesar di propinsi DIY. Selain itu, populasi Sapi juga merupakan yang terbesar di Propinsi DIY.

Kecamatan andalan produksi kelapa adalah Sanden dan Pandak. Sementara Kecamatan andalan untuk produksi tebu rakyat adalah Jetis dan Bambanglipuro. Sementara kecamatan yang memiliki populasi Sapi yang besar adalah Dlingo dan Bambanglipuro. Dua kecamatan pertama cocok dijadikan klaster kelapa, dua kecamatan kedua cocok dijadikan klaster tebu, sedangkan dua kecamatan terakhir cocok dijadikan klaster peternakan Sapi.

Kabupaten Bantul juga menghasilkan ikan, yaitu ikan kolam dan ikan laut. Produksi ikan kolam lebih dari seribu ton. Sedangkan produksi ikan laut lebih dari 156 ton. Produksi ikan kolam terbesar di Kecamatan Banguntapan. Sementara ikan laut dihasilkan oleh nelayan di Kecamatan Sanden, Kretek, dan Srandakan.

Sektor industri di Kabupaten Bantul mayoritas merupakan industri kecil. Jumlah industri kecil sebesar 17.801 buah dengan mempekerjakan 77.600 orang, sementara industri besar/sedang sebesar 155 buah dengan tenaga kerja sebanyak 15.401 orang. Subsektor pada industri kecil yang menghasilkan jumlah produksi yang besar antara lain industri pengolahan pangan, kimia dan bahan bangunan, sandang dan kulit, kerajinan dan umum, dan industri logam dan jasa.

Kegiatan perdagangan internasional di kabupaten ini menghasilkan nilai ekspor sebesar US $ 21.138.272,72. Komoditi andalan ekspor daerah ini adalah mebel kayu, kerajinan kertas, kerajinan pandan, kerajinan kulit, produk tekstil, dan kerajinan kayu.


Sumber:

http://www.cps-sss.org/web/home/kabupaten/kab/Kabupaten+Bantul


Pendapatan Pariwisata Bantul Lebihi Target

Pendapatan pariwisata Kabupaten Bantul, tahun 2008 sebesar Rp 2,144 miliar. Pendapatan yang diperoleh dari retribusi diberbagai obyek wisata di Bantul ini, melebihi target yang dibebankan Dinas Pariwisata Bantul sebesar Rp 1,736 miliar.

Dengan demikian, pendapatan retribusi dari berbagai obyek wisata ada kelebihan sebesar Rp 408 juta atau sekitar 24 persen dari target yang dibebankan Dinas Dinas Pariwisata di daerah itu. ''Pendapatan Dinas Pariwisata Bantul pada tahun 2008 melebihi target sebesar Rp 408 juta,'' kata Uminto Giring Wibowo, Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Bantul, siang tadi (16/1).

Menurut Giring, sektor pariwisata yang menyumbang PAD terbesar bagi Pemkab Bantul adalah retribusi Pantai Parangtritis sebesar Rp 1,255 milyar. Disusul kemudian retribusi obyek wisata Pantai Samas, Pantai Pandansimo, Kolam Renang Tirtotamansari, Gua Selarong dan obyek wisata lain yang ada di Kabupaten Bantul.

'Hampir 70 persen lebih PAD (pendapatan asli daerah) dari sektor pariwisata diperoleh dari retribusi Pantai Parangtritis yang selama ini memang menjadi tujuan utama wisata pantai di Yogyakarta,'' katanya.

Dikatakan Giring, penataan kawasan Parangtritis yang baru memasuki tahap kedua ternyata sudah mulai terlihat hasilnya. Buktinya jumlah wisatawan yang berkunjung ke pantai itu, selama tahun 2008 jumlahnya mencapai 114.628 wisatawan.

Meski demikian, kata dia, masih adanya kebiasaan yang buruk dari masyarakat Pantai Parangtritis dalam menarik parkir untuk kendaraan roda dua, mobil maupun bus yang tidak sesuai dengan peraturan yang ada.

Kondisi ini, lanjut dia, bisa berdampak buruk bagi wisatawan dikemudian hari. Untuk itu, ia berharap bisa mematuhi peraturan yang sudah ada. Sehingga citra obyek wisata di Bantul tetap baik.

''Saya sering mendapatkan SMS, bahwa parkir di Pantai Parangtritis sangat mahal. Untuk kendaraan roda dua bisa mencapai Rp 10.000, sedangkan mobil bisa mencapai Rp 20.000,'' katanya mencoba menjelaskan.

Maka untuk meningkatkan PAD dari sektor pariwisata, DPRD telah mengesahkan Perda No 32 Tahun 2009 tentang retribusi obyek wisata wisata. Dimana salah satu pasalnya menyebutkan, kenaikan biaya retribusi masuk obyek wisata di Bantul.

Misalnya, retribusi masuk Pantai Parangtritis yang semula hanya Rp 1500 per orang saat ini naik menjadi Rp 3.000. Sedangkan untuk kendaraan roda dua Rp 500, roda empat Rp 1.000 dan roda enam mencapai Rp 2.000.

Bahkan dalam salah satu pasalnya ada yang menyatakan, jika dalam obyek wisata itu ada acara maka retribusi dapat dinaikkan hingga 300 persen. Dengan demikian, obyek wisata di Bantul cukup mahal dibanding obyek wisata di daerah lain.

Sumber :
http://www.suaramerdeka.com/beta1/index.php?fuseaction=news.detailNews&id_news=21239, dalam :

http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=9044&Itemid=1473

16 Januari 2009